Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu
\1\
Selalu diulang-ulang, bahkan ditekankan setiap pekan perkenalan menjelang. Kata-kata sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu sudah menjadi doktrin yang coba Gontor tularkan kepada santrinya. Enam tahun saya mendengar kata-kata tersebut. Sampai terkesan bosan, menelannya mentah-mentah, kadang sangsi. Hingga suatu ketika seseorang menyadarkan saya akan beratnya esensi yang dikandung kata-kata tersebut. Betapa salahnya kata-kata itu saya tafsirkan selama ini. Dan entahlah, apa semua santri sekarang masih menelan doktrin tersebut mentah-mentah? Menganggap bahwa keinsyafanmu merupakan terminologi yang sama dengan taubatmu? Tafsiran yang salah yang makin kaprah karena saya telan mentah-mentah.
Karib saya itu memberi tahu bahwa keinsyfanmu punya subtansi makna yang sangat luas, yang lebih mendasar dari sekadar taubatmu. Dia beberkan dengan menggebu bahwa kata itu sejatinya punya arti kesadaran. Saya merenung sejenak mendengar penjelasannya itu. Benarkan keinsyafan yang dimaksud Trimurti adalah kesadaran? Saya mencoba memutar otak untuk mulai memasukkan kata tersebut ke dalam doktri aslinya. Sebesar kesadaranmu sebesar itu pula keuntunganmu. Mata yangsaya membelalak. Benar kata dia, subtansi makna keinsyafan yang benar adalah kesadaran bukan taubat. Meski taubat juga didasari atas kesadaran.
Dari sinilah saya mulai meredifinisi arti kata tersebut. Memasukkannya ke pelbagai lini kehidupan Gontor. Saya coba masukkan ke dalam kegiatan berbahasa, sebesar kesadaranmu untuk berbahasa, sebesar itu pula keuntunganmu. Saya masukkan pula ke dalam aktivitas belajar, sebesar kesadaranmu untuk belajar sebesar itu pula keuntunganmu. Sungguh di luar duga, kata-kata ajaib ini relevan untuk memasuki semua lini kehidupan pondok, dan manusia.
Esensi makna yang terkandung dalam keinsyafan merepresentasikan bahwa Trimurti ingin membentuk kesadaran pada santrinya. Melihat untung rugi secara bersama terhadap imbas dari sadar dan tak sadar. Menanamkan pondasi bahwa sejatinya kalian (santri) harus semakin sadar, semakin peka melihat dunia, semakin insyaf, maka semakin besar pula keuntungan yang akan dituai. Untuk menuju kata-kata sadar ini, saya baru menemukan kata-kata instropeksi untuk mencapainya. Untuk mencapai kesadaran tersebut. Uusiikum wa iyyaya li taqwa-llah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBetul itu ustaz... Sebenernya yg lebih pas itu kalau zaman now "Sebesar Kesadaranmu Sebesar itu Pula Keuntunganmu" daripada "Sebesar Keinsyafanmu Sebesar itu Pula Keuntunganmu" Trimurti gak salah dengan mempopulerkan istilah keinsyafaanmu, karena memang dulu itu maksud dari kata 'keinsyafaan' itu 'kesadaran', tapi arti kata itu berubah sedikit/ bergeser sedikit seiring berjalannya waktu dan zaman, karena bahasa itu berkembang dan berubah. Insyaf sekarang identik dengan taubat, memang taubat juga hasil dari kesadaran. Sebenernya kata 'insyaf' sampai sekarang artinya emang 'sadar'. Saya sebagai orang Betawi, semua orang betawi, memaknai insyaf itu sebagai sadar. "Insyaf lu tong..." maksudnya "sadar lu nak..." Aku lebih menggunakan kalimat "Sebesar Kesadaranmu sebesar itu pula keuntunganmu" di kamarku gede-gede, aku tulis gede-gede. Efeknya lebih ngena, lebih gampang difahami dan menggerakan hati dan diri ini. Kata2 ini lah yg banyak merubah nasib aku dari dulu hingga sekarang. Kata2 inilah yg selalu menggerakan hati dan diri ini yg malas. KALAU SAYA BILANG, TERNYATA, "KESADARAN" ITU KUNCI DARI SEGALA KEBERHASILAN DI DUNIA DAN AKHIRAT" Kenapa bisa begitu? KARENA KESADARAN ITU BERTOLAK BELAKANG DENGAN FITRAH MANUSIA: MANUSIA ITU SUMBERNYA SALAH DAN LUPA. ( Al-Hadits) Perlu kita tahu, Salah dan lupa itu muncul dari ketidaksadaran manusia. Manusia yg berbuat salah dan lupa pasti karena dia tak sadar. Maka dibutuhkanlah kesadaran. Di pesantren yg baru aku dirikan belum lama ini, aku tulis gede2: Sebesar kesadaranmu sebesar itu pula keuntunganmu ( KH. Imam Zarkasyi Gontor ). Aku sekarang jadi kaya, karena aku sadar, kenapa aku bisa miskin dan aku harus berubah! Aku harus kerja dan berusaha keras. Pokoknya, kamu mesti coba deeeeh............. Kalo aku bilang, cuma 2,5 % dari 100% alumni Gontor yang berpegang teguh dg nasehat kyai kita ini. Kalian gak perlu nyewa motivator2 kaya siapa itu? mario teguh dll.... intinya sebenernya mereka itu ngomong diseputar KESADARAN ! Coba yah.... Salam ya dari aku Aumni Gontor Tahun 2006
BalasHapusOh iya ternyata di KBBI, keinsyafan itu artinya kesadaran
BalasHapus