Menjadi Manusia yang Berindividu dan Bersosial



Manusia berasal dari Bahasa Sansakerta ‘manu’ dan ‘mens’ (latin) yang berarti berpikir dan berakal budi. Manusia secara umum berarti makhluk yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain. Perbedaan mendasa antara manusia dan hewan adalah manusia mempunyai akal dan insting, sedangkan hewan hanya memiliki insting saja.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen tersebut dapat terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Sebagai makhluk hidup manusia mempunyai dua hakikat utama yaitu, sebagai makhluk individu ciptaan Allah dan makhluk sosial. Hakikat ini timbul karena manusia adalah makhluk paling sempurna yang Allah utus di dunia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Terlepas dari itu manusia juga hidup berdampingan dengan manusia lainnya membentuk suatu kelompok masyarakat yang salaing melengkapi satu sama lain.
            Untuk melaksanakan peran sebagai makhluk individu, manusia terus mengembangkan diri. Masing-masing manusia memiliki pola fikir, ciri khas dan karakteristik berbeda. Mereka mengembangkan semua kemampuan individu itu untuk terus bertahan hidup. Selain itu manusia sebagai makhluk ciptaan Allah manusia juga harus melaksanakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah.
            Tidak hanya itu, setiap manusia memiliki hak asasi yang melindungi keberlangsungan hidup mereka. Hak asasi ini mendapat perlindungan hukum dari pemerintah. Oleh karena itulah setiap orang tidak bisa melanggar hak orang lain dalam bentuk apapun. Tetapi hak asasi ini tentu mempunyai batasan-batasan tersendiri sesuai norma yang dianut oleh masyarakat.
            Sebagai makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan makhluk lainnya, manusia harus saling membantu dan melengkapi. Manusia sebagai individu tidak mungkin hidup tanpa manusia lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Dan untuk memenuhi kekurangan tersebut manusia harus saling melengkapi satu sama lain.
            Dalam rangka saling melengkapi satu sama lain ini antar satu manusia dengan manusia lainnya harus melaksanakan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi sosial ini menyangkut hubungan antar perorangan, hubungan antar kelompok dan perorangan, serta hubungan antar kelompok.
Dari interaksi sosial ini, manusia akan saling hidup berkelompok sesuai tujuan bersama yang ingin dituju. Manusia akan saling bahu membahu untuk memenuhi tujuan bersama kelompok tersebut. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia menginginkan keadilan sosial yang merata sebagai cita-cita. Maka setiap elemen masyarakat Indonesia harus berpartisipasi untuk menciptakan keadilan sosial yang merata tersebut.
Namun sayangnya kepentingan individu dan sosial kadangkala bertabrakan dan menemui jalan buntu. Tidak semua lini kehidupan masyarakat berjalan dengan normal seperti yang dikehendaki oleh semua masyarakat. Tetapi, kadang gesekan seperti ini terjadi. Manusia kadang berada dalam dilema ketika harus menentukan mana kepentingan yang harus didahulukan, kepentingan individu atau sosial?
Sebagai contoh konkret adalah ketika seseorang diberi uang sogokan oleh salah satu calon bupati dalam sebuah pemilihan bupati di Kabupaten X. Bupati tersebut memberi dia uang dengan syarat orang tersebut mau untuk memilihnya. Orang tersebut tahu kalau, dia sangat butuh uang yang diiming-imingkan tersebut untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Di lain sisi orang tersebut juga tahu bahwa calon bupati tersebut memiliki banyak skandal hukum dan berpotensi merugikan rakyat jika terpilih menjadi bupati. Hal ini jamak terjadi di dalam kondisi riil dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika orang tersebut tahu kepentingan maka yang seharusnya dilakukan adalah menolak uang sogokan tersebut, dan memilih calon bupati sesuai hati nurani masyarakat. Karena jika orang tersebut mengikuti kehendak bupati yang memberi uang sogokan tadi, lantas bupati itu benar-benar terpilih, akan ada kemaslahatan rakyat yang dikorbankan. Kemaslahatan masyarakat selalu berada di atas kemaslahatan individu.
            Dilema sosial ketidak sesuaian antara unsur-unsur dalam masyarakat dapat membahayakan hidupnya kelompok sosial. Hal ini juga bisa menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan kelompok sosial. Oleh karena itu semua lapisan masyarakat harus menyamakan persepsi untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.

                 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghidupkan Kembali Budaya Unggah-ungguh (1)

Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Tanah Air, Kumpulan Cerpen Kompas yang Paling Muktakhir