Aktor Bukan Aktor, Lakon Bukan Lakon




Kontribusi dan berbuat sesuatu untuk sesuatu adalah hal yang sama. Ada jenis orang yang sama sekali tak mau berkontribusi tapi malah rebutan saat menikmati hasil. Tipe yang salah karena hanya menjadi penikmat. Penjilat sisa-sisa perjuangan. Ada pula orang yang sekalipun melakukan sesuatu (berkontribusi) lantas tak menghasilkan masih terus mau melakukan sesuatu. Mungkin beberapa orang termasuk di dalam tipe ini.

Orang yang selalu ingin berkontribusi adalah orang yang selalu menjadi aktor. Ia ingin menjadi lakon dalam sebuah pementasan drama kehidupan. Jika dunia berubah dan dia tidak berkontribusi apa-apa atas perubahan tersebut, maka orang tersebut akan luar biasa uring-uringan. Bahkan jika seekor kucing sakit sembuh tanpa ada andil darinya, maka orang tersebut akan sama uring-uringannya. Orang dengan tipe ini haus dengan pergerakan. Selalu rindu akan sebuah perubahan.

Tapi apa jadinya jika seorang aktor dipaksa untuk duduk menonton dan seorang lakon bahkan dipaksa bersih-bersih panggung teater?

Beberapa dari kita mungkin sedang ada dalam posisi ini sekarang. Termasuk aku. Dipaksa duduk di bangku penonton sedangkan lainnya sudah merumput di lapangan kehidupan. Berlarian untuk mengejar kesuksesan. Aku menontonnya dari bangku penonton dengan mata nanar. Berteriak dalam hati bahwa sejatinya aku juga bisa bermain seperti mereka. Lariku lebih kencang. Tendanganku lebih akurat. Tapi mengapa harus mereka semua yang harus bermain lebih dahulu.

Namun apa daya lagi, ada sabuk erat yang mencengkram bangkuku sekarang. Menahanku agar tetap duduk manis di atas bangku sekuat apapun aku memberontak. Sia-sia aku menggeliat lepas. Akhirnya sekarang aku memilih duduk manis dan mempersiapkan sepatu bolaku. Aku juga mulai melemaskan otot wajah agar bisa menjadi lakon yang ekspresinya lebih segar dari mereka. Kesumat ini masih aku tanam dalam hati. Berjanji aku yang lakon bukan lakon ini akan mementaskan suatu peran yang lebih baik dari apa yang mereka perankan.

Sungguh. Tunggu saja dunia. Tunggu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghidupkan Kembali Budaya Unggah-ungguh (1)

Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Tanah Air, Kumpulan Cerpen Kompas yang Paling Muktakhir