Menakar Kans Indonesia di Thomas Uber 2018


Kemenangan Kevin/Gideon atas Liu/Zhang membawa euforia berlarut bagi seluruh pecinta bulutangkis tanah air. Gelar juara di Dubai Final Superseries menjadi gelar ketujuh Kevin/Gideon sepanjang tahun ini. Menegaskan supremasi mereka di kancah percaturan ganda putra dunia. Ganda berpengalaman sekaliber Boe/Mogensen sekalipun dalam tiga pertemuan terakhir dengan Kevin/Gideon selalu kalah. Bahkan Kevin/Gideon mencetak rekor sebagai ganda putra dengan gelar terbanya mengalahkan rekor 6 gelar yang sebelumnya dipegan ganda Korsel Lee Young Dae/ Lee.

Melihat perkembangan duo ‘minions’ yang sudah bersekutu tiga tahun ini, rasanya luar biasa menggembirakan. Pelatih mereka di pelatnas sendiri, Herry AP padahal baru akan memproyeksikan mereka di 2018. Dengan seluruh prestasi yang diukir Kevin/Gideon tahun ini rasa-rasanya mereka layak untuk memimpin rekan-rekan sesama pelatnas untuk menghadapi Piala Thomas yang nyaris mereka rengkuh 2016 lalu di Kunshan andai tak kalah 3-2 dari Denmark.

Jika ditilik satu persatu, Tim Indonesia diprediksi akan diperkuat oleh trio ganda yang sama dengan yang dibawa di Piala Thomas 2016, Jo Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Ihsan Maulana Musthafa. Anthony tahun ini menjadi yang paling moncer prestasinya setelah menjuarai Korea Open 2017. Ia juga berada di rangkin 13 versi BWF, diikuti Jo Christie satu strip dibawahnya. Usia mereka juga masih terbilang muda 20 dan 21 tahun. Ihsan Maulana Mustha sendiri masih berumur 22 tahun . Namun yang masih mengkhawatirkan dari ketiganya adalah performa mereka yang masih angin-anginan. Sesekali mereka menang melawan pemain sekaliber Lin Dan maupun Chong Wei, tapi melawan pemain yang di bawahnya mereka lebih banyak kalah.

Di sektor ganda putra yang menarik untuk diamati adalah siapa pelapis Kevin/Gideon. Setelah Angga/Ricky resmi dipisah (karena Ricky akan bergabung dengan Debby di ganda campuran) otomatis ganda Indonesia hanya bersisa Berry/Hardianto dan Fajar/Rian. Yang menarik adalah kembalinya Hendra Setiawan ke Pelatnas sebagai pemain magang pasca berhasil memenangi Kejurnas di Pangkal Pinang beberapa waktu lalu. Saat itu ia kembali berpasangan dengan Muhammad Ahsan.

Isu rujuk Hendra/Ahsan sebagai ganda terbaik pelapis Kevin/Gideon dikonfirmasi oleh PBSI. Mereka akan mulai digabungkan di India Open 2018. Indonesia Masters 2018 sendiri akan digunakan sebagai ajang meraih poin bagi mereka dengan pasangan masing-masing. Kembalinya mereka bisa dijadikan solusi jangka pendek atas lowongnya pelapis Kevin/Gideon. Tapi tidak bisa dijadikan solusi jangka panjang mengingat Hendra/Ahsan sudah sama-sama berumur. 32 dan 30 tahun.  Maka lengkap sudahlah prediksi susunan pemain yang akan diturunkan di Thomas 2018 nanti; Kevin/Gideon, Hendra/Ahsan, Jo, Anthony, juga Ihsan. Kemenangan dari dua sektor ganda mungkin bisa didapat dengan cukup pasti. Namun butuh sedikit keberuntungan untuk mengharapkan kemenangan dari sektor tunggal.


Di tim Uber, prestasi Greys/Apri yang menjuarai Prancis Terbuka membawa aura optimisme tersendiri. Satu slot sektor ganda sudah hampir pasti diisi oleh ganda rangking sepuluh dunia ini. Satu slot lagi masih dipertaruhkan dengan konsistensi setiap ganda pelatnas yang ada. Anggia/Ni Ketut dan Della/Rosyita menjadi kandidat terkuat. Nitya/Yulfira sendiri masih mengalami inkonsistensi dengan masalah cidera lutut berkepanjangan yang dialami Nitya selepas menjuarai Korea Terbuka dan Asian Games bersama Greysia Polii. Namun setidaknya Anggia/Ni Ketut bisa menjadi andalan meski Greys dan Apri harus menjadi tumpuan.

Sektor tunggal masih menjadi risiko terbesar tim saat ini. Minimnya atlet berkualitas membuat tunggal putri Indonesia tidak ada yang mencatatkan prestasi yang menggembirakan di super series, sebagai semifinalis sekalipun. Paling hebat adalah juaranya Greogia Mariska Tanjung di BWF World Junior Super Series. Fitriani yang selama ini menjadi tumpuan masih berkutat di peringkat 24 dan prestasinya tak kunjung beranjak. Yang lain seperti Hanna dan Dinar masih berada di rangking 33 dan 36. Greogia sendiri setidaknya harus mulai diproyeksikan seperti di gelaran Uber dua tahun lalu. Berdasarkan prediksi yang diperkuat dengan kapasitas masing-masing pemain, sektor tunggal mungkin akan diisi oleh Fitriani, Greogia, dan Hanna. Maka target idealis setidaknya untuk menjadi semifinalis agaknya bisa dicapai.

Bicara tentang kans, tentu peluang tim Thomas lebih besar untuk menjadi juara dan membawa pulang piala yang terakhir kali diraih pada 2002 itu. Komposisi pemain yang lebih merata harus dimaksimalkan. Kembalinya duet Hendra/Ahsan otomatis juga akan membawa optimisme dengan sederet pengalaman sebagai juara yang pernah mereka dapatkan. Kepemimpinan dua engkong-engkong ini masih sangat dibutuhkan. Mereka akan menjadi pelapis duet maut Kevin/Gideon yang jika sedang dalam performa terbaik akan dengan mudah melibas lawan-lawannya.


Di tim Uber, menjadi semifinalis adalah hal paling idealis melihat peta kekuatan sektor bulutangkis putri sekarang. Indonesia jelas masih berada di bawah Jepang, China, Korsel, Denmark bahkan China Taipe. Jepang saja punya banyak opsi di sektor ganda mengingat tiga ganda mereka berada di 10 besar dunia. Begitu pula halnya dengan China. Namun jika faktor keberuntungan menempatkan tim Uber di pool yang mudah itu bisa menjadi keuntungan tersendiri. Yang terpenting adalah semua pemain harus bertanding dengan spirit bertanding yang paling purna. Minimalnya, seperti Akane yang sampai titik darah penghabisan berhasil merengkuh juara setelah mengalahkan Sindhu. Ya, itu minimalnya!   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghidupkan Kembali Budaya Unggah-ungguh (1)

Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Tanah Air, Kumpulan Cerpen Kompas yang Paling Muktakhir