Dawuk, dan Rumbuk Randu, Kisah dengan Narasi yang Kuat
"Ini kisah yang sebenarnya belmu lama terjadi. sebuah kisah kelabu penuh darah. Hanya seumuran dua kali coblosan lurah; tidak berselang lama di saat Golkar menang dari Petiga dengan mudah"
Warto Kemplung mengawali ceritanya ihwal Rumbuk Randu sedemikian kemplungnya. Ia adalah pembual ulung. Kadal dari semua kadal. Melata dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya untuk membual dan menipu beberapa orang untuk lantas memberikannya beberapa puntung rokok dan gelas kopi.
Tapi cerita yang di kisahkannya kali ini jauh berbeda. Mahfud Ikhwan menarasikan narasi seorang narator, bernama Warto Kemplun yang menceritakan kisah mengenai Mat Dawuk.
Diceritakan jika Mat Dawuk bernama asli Muhammad Dawud. Nama asli yang jauh lebih baik dari nama yang warg Rumbuk Randu julukkan padanya. Dawuk adalah sebutan bagi seekor kambing tengik jarang mandi yang bulunya menggumpal-gumpal tak karuan (jika mwngacu pada pendapat warga itu mirpi Muhammad Dawud). Mat Dawuk bertumbuh kembang dengan demikian alaminya. Sehingga pengetahuan terbaiknya adalah bagaimana menjotos orang sampai membuat dia klenger. Inilah yang akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu juru pukul hingga berhasil menebarkan sayapnya ke kancah internasional. Ya, dia merantau di Malaysia.
Namun sebenarnya disinlah semuanya dimulai. Disana justru ia bertemu dengan Inayatun, si kembang desa Rumbuk Randu yang juga merantau sebagai TKI tapi justru merangkap jadi istri simpanan dengan rekam jejak empat suami. Inayatun ditemukannya sedang dikejar-kejar seorang lelaki yang mengaku sebagai suami terakhirnya. Mat Dawukpun pasang badan, hingga akhirnya menjadi suami Inayatun.
Membaca kisah Dawuk dengan narasi yang sangat intens tak ubahnya membaca kisah beauty and the beast-nya Indonesia. Kisah-kisah yang dipaparkan begitu dekat kehidupan masyarakat bawah masyarakat Indonesia. Itulah mengapa membaca Dawuk seperti membaca kondisi masyrakat saat ini.
Penobatan Dawuk sebagai jawara Khhatulistiwa Kusala Award tak perlu diperdebatkan lagi sepertinya. Dawuk memiliki narasi yang sangat kuat, kisah yang dekat meski terkesan sangat mengada-ada. Tapi semengada-adanya sekalipun Dawuk tetap bisa membetot perhatian pembaca untuk menelusuri kisah Dawuk dan Inayatun hingga akhir. Jika anda berekspektasi 'ah kisah cinta, dan kisah cinta lagi'. Maka Dawuk adalah kisah cinta yang sama sekali berbeda. Percayalah!
Berikut adalah penuturan dari Teguh Affandi:
Akhirnya saya kembali menemukan novel indonesia yang segar di tahun ini. Segar dan punya rasa yang baru. Dan meski bertajuk sastra, tapi saya yakin bisa dinikmati oleh banyak orang. Kelebihan Mahfud Ikhwan yang saya temukan (ceile, kayak siapa saja saya ini) dalam prosanya adalah kemahirannya membangun narasi. Saya lupa entah komentar siapa, bahwa bangunan utama sebuah novel adalah cerita itu sendiri, jadi selama novel itu bisa dinikmati ceritanya, meyakinkan pembaca, maka percayalah bahwa novel tersebut berhasil. Dan Mahfud Ikhwan yang konon sangat mengidalakan novel india Peter Pancali dan Aparajito, juga menyukai film Bollywood, maka tak aneh bila di prosa Mahfud Ikhwan sangatlah indah dalam membangun cerita. Kalau bahasa sederhananya filmis.
Meski, kalau boleh saya berbangga, saya sudah bisa menebak akhir cerita Mat Dawuk dan Warto Kemplung akan seperti yang dikisahkan Mahfud Ikhwan (saya tidak akan mengisahkan akhirnya). Mengapa? Karena Warto Kemplung memiliki karakter narator yang tidak bisa dipercaya, seperti karakter narator utama di beberapa novel thriller luar negeri, sekadar menyebut contoh The Girl on The Train, In a Dark, Dark Wood atau bahkan novelAlex yang ajaib di Italia. Warto Kemplung sudah dibold oleh Mahfud Ikhwan sebagai pencerita yang tidak bisa dipercaya. Sebuah karakter yang biasa ada di novel thriller dewasa ini. Dan memang benar, tebakan saya tak jauh meleset.
Sayangnya, lagi-lagi Mahfud Ikhwan mahir mengisahkan. Jadilah saya menikmati kisah-kisha ajaib di Rumbuk Randu. Mulai dari kisah ajaib soal kiai yang punya linuwih, perselingkuhan, pembunuhan, bahkan sekadar kearifan lokal bagaimana blandong dan polisi hutan.
Kalau boleh saya curhat, desa saya tak jauh beda dengan bagaimana kondisi Rumbuh Randu. Dikelilingi hutan, isu perselingkuhan di desa juga banyak, meski tak ada kasus pembunuhan sebagaimana yang dialami Mat Dawuk dan Innayatun.
Tapi yang sangat kuat di sini adalah kekuatan narasi. Sukkkkkaaakkk!!!
Meski, kalau boleh saya berbangga, saya sudah bisa menebak akhir cerita Mat Dawuk dan Warto Kemplung akan seperti yang dikisahkan Mahfud Ikhwan (saya tidak akan mengisahkan akhirnya). Mengapa? Karena Warto Kemplung memiliki karakter narator yang tidak bisa dipercaya, seperti karakter narator utama di beberapa novel thriller luar negeri, sekadar menyebut contoh The Girl on The Train, In a Dark, Dark Wood atau bahkan novelAlex yang ajaib di Italia. Warto Kemplung sudah dibold oleh Mahfud Ikhwan sebagai pencerita yang tidak bisa dipercaya. Sebuah karakter yang biasa ada di novel thriller dewasa ini. Dan memang benar, tebakan saya tak jauh meleset.
Sayangnya, lagi-lagi Mahfud Ikhwan mahir mengisahkan. Jadilah saya menikmati kisah-kisha ajaib di Rumbuk Randu. Mulai dari kisah ajaib soal kiai yang punya linuwih, perselingkuhan, pembunuhan, bahkan sekadar kearifan lokal bagaimana blandong dan polisi hutan.
Kalau boleh saya curhat, desa saya tak jauh beda dengan bagaimana kondisi Rumbuh Randu. Dikelilingi hutan, isu perselingkuhan di desa juga banyak, meski tak ada kasus pembunuhan sebagaimana yang dialami Mat Dawuk dan Innayatun.
Tapi yang sangat kuat di sini adalah kekuatan narasi. Sukkkkkaaakkk!!!
Komentar
Posting Komentar