Menghidupkan Kembali Budaya Unggah-ungguh (3)


Gerakan ini harus disosialisasikan secara komperehensif. Secara perlahan-lahan dan penuh penalaran. Karena jiika dilihat secara parsial saja, maka masyarakat pada umumnya (apalagi yang memiliki akar budaya yang kental) akan menolaknya mentah-mentah. Mungkin akan ada perasaan bahwa budaya unggah-ungguh ini akan mempengaruhi budaya yang selama ini jadi patokannya. Padahal secara nilai budaya, ada peranan penting yang budaya unggah-ungguh mainkan dalam kehidupan bermasyarakat. Pemudalah yang harus menjadi aktor utama dalam gerakan ini. Mereka harus duduk bersama dalam sebuah tim yang solid untuk menyukseskan gerakan penghidupan unggah-ungguh.
Dari tim-tim ini mereka akan menyosialisasikan budaya unggah-ungguh kepada masyarakat. Oleh karena itulah sebelum turun langsung ke dalam masyarakat, perwakilan pemuda dari setiap daerah harus duduk bersama untuk saling menyamakan persepsi. Mereka harus paham secara dalam terlebih dahulu tentang budaya unggah-ungguh karena para perwakilan daerah inilah yang akan menjadi role model bagi pemuda lainnya di daerah mereka.
            Selain itu, ada banyak acara-acara kreatif yang bisa ikut menyoliasisakan budaya ini. Siswa-siswa di sekolah bisa saja mengadakan acara penobatan siswa paling sopan dan beretika di antara mereka, bukan hanya siswa berprestasi saja. Ini tentu akan mendorong semangat siswa untuk berkarakter baik. Tak hanya di sekolah program inipun bisa dilakukan di rumah, jika seorang orang tua punya kreatifitas tinggi, dia akan bisa menerapkan budaya unggah-ungguh dalam keluarga. Melalui pemberian konsekuensi sebagai misal. Jika anak tidak menghormati tamu, maka mereka akan menerima teguran (yang membangun tentunya), bisa dalam bentuk edukasi yang sifatnya memperingatkan. Terlepas dari itu dan yang paling utama, orang tua haruslah menjadi contoh (role model) yang baik bagi anak-anak mereka di rumah.
            Sudah saatnya juga, moral dan sopan santun menjadi salah satu aspek penilaian bagi naik kelasnya seorang siswa. Bukan dilihat dari kemampuan akademis saja.  Penilaian itu bisa berbentuk dalam cara berinteraksi mereka dengan sesama, cara mereka menanyakan suatu pelajaran kepada guru, bahkan sampai pada tahap keaktifan mereka di kelas. Ada banyak aspek sebetulnya yang bisa dijadikan penilaian moral seorang anak. Inilah mengapa budaya unggah-ungguh menjadi sangat urgen untuk dinasionalisasikan.
            Pada akhirnya, nasionalisasi budaya unggah-ungguh ini, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Unggah-ungguh ada bukan hanya untuk masyarakat Jawa secara eksklusif, tetapi bagi seluruh rakyat Indonesia pada umumnya. Karena rakyat Indonesia secara keseluruhan tentu bercita-cita untuk menjadi seorang manusia yang beradab seperti yang diangankan dalam Pancasila. Hingga Bangsa Indonesia yang terkenal akan keramahannya akan tetap harum namanya di kancah internasional. Jangan biarkan arus modernisasi menggerogoti budaya-budaya negeri ini.
Gerakan unggah-ungguh ini harus kita gemakan di semua lini masyarakat. Dimulai dari pemuda yang menjadi pemegang tongkat estafet budaya Indonesia. Dari pemudalah Indonesia berbudaya. Sebuah cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghidupkan Kembali Budaya Unggah-ungguh (1)

Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Tanah Air, Kumpulan Cerpen Kompas yang Paling Muktakhir