Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Road to PIMNAS 2018

Gambar
Sebentar lagi Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Nasional akan digelar di Yogyakarta pada tahun 2018. Pertemuan bergengsi antar mahasiswa seluruh kampus di Indonesia ini berlangsung semarak setiap tahunnya. Seperti agenda tahunannya adalah presentasi karya Program Kreativitas Mahasiswa yang telah dibuat mahasiswa sebelumnya. Akan ada adu kreativitas dan inovasi pada ajang ini. Pengajuan proposal PKM ini akan resmi ditutup pertengahan November nanti. Penulisan proposalnya sudah bisa dimulai sejak sekarang. Ada 5 jenis PKM yang resmi diakui oleh Kemenristekdikti. 5 jenis PKM itu adalah: PKM-M (Pengabdian Masyarakat), PKM ini merupakan suatu penelitian yang lebih memfokuskan kegiatannya pada pengabdian masyarakat. PKM ini terbilang menjadi yang termudah karena mahasiswa lintas program studi bisa mengkutinya. Sebagai contoh PKM ini bisa berupa 'Implementasi Pembelajaran Al-Qur'an Berbasis Metode Iqra' pada TPA Darul Hikmah Ponorogo'. PKM-P (Penelitian). Program ini lebih m...

Aktor Bukan Aktor, Lakon Bukan Lakon

Gambar
Kontribusi dan berbuat sesuatu untuk sesuatu adalah hal yang sama. Ada jenis orang yang sama sekali tak mau berkontribusi tapi malah rebutan saat menikmati hasil. Tipe yang salah karena hanya menjadi penikmat. Penjilat sisa-sisa perjuangan. Ada pula orang yang sekalipun melakukan sesuatu (berkontribusi) lantas tak menghasilkan masih terus mau melakukan sesuatu. Mungkin beberapa orang termasuk di dalam tipe ini. Orang yang selalu ingin berkontribusi adalah orang yang selalu menjadi aktor. Ia ingin menjadi lakon dalam sebuah pementasan drama kehidupan. Jika dunia berubah dan dia tidak berkontribusi apa-apa atas perubahan tersebut, maka orang tersebut akan luar biasa uring-uringan. Bahkan jika seekor kucing sakit sembuh tanpa ada andil darinya, maka orang tersebut akan sama uring-uringannya. Orang dengan tipe ini haus dengan pergerakan. Selalu rindu akan sebuah perubahan. Tapi apa jadinya jika seorang aktor dipaksa untuk duduk menonton dan seorang lakon bahkan dipaksa bersih-bers...

Korelasi Antara Dewasa dan Sadar

Gambar
Tingkat kedewasaan seseorang dapat diukur secara kasat mata melalui kesadarannya. Manusia yang dewasa adalah manusia yang sadar. Sadar untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Sadar untuk mementingkan suatu kepentingan. Menyangsikan suatu kesiaan. Manusia dikatakan sadar jika mampu memenej dirinya sendiri. Mengatur apa yang seharusnya diatur tanpa ada paksaan lagi. Bergerak karena suruhan itu tidak dewasa. Apalagi kalau sudah sampai tahap dipaksa. Sama sekali tidak bisa dianggap dewasa. Kekanak-kanakan. Kolot. Lagi-lagi tidak punya kesadaran. Sadar dan dewasa benar-benar saling berhubungan. Kau masih tak percaya sob? Masih berdalih ada cara lain untuk mencapai kedewasaan. Sebutkan. Tunjukkanlah apa cara itu? Pastikan kalau cara yang kau bawa bukanlah sebuah kesiaan. Perkenankanlah tulisan ini untuk meresap di hatimu. Jika kau dewasa maka kau harus sudi untuk membuka pikiran dan mulai sadar diri. Hanya sadar kuncinya. Sadar itu jujur bahwa apa yang kau miliki mas...

‘Ada Cara Lain untuk Membayar Hutang Negeri Ini’

Gambar
Rizal Ramli, mantan menko kemaritiman RI era Jokowi sebelum digantikan Luhut Binsar Pandjaitan kemarin ( 15/10) datang untuk mengisi kuliah umum. Dalam kesempatan tersebut beliau memaparkan betapa seharusnya Indonesia yang kaya sumber dayanya bisa sejahtera. Pikiran ini terus menguar bahkan semakin menjadi ketiak beliau menerima fellowship ke Jepang. Jepang, Negara tanpa sumber daya, mayoritas tanahnya batu karang, bisa menjadi salah satu Negara dengan kestabilan ekonomi yang diperhitungkan di Asia. Itulah yang akhirnya mendorong, jebolan ITB ini untuk melanjutkan studi di bidang economic studies di Boston. Rizal Ramli mempunyai banyak track record bagus di dalam maupun luar pemerintahan. Paada medio tahun 2000-an ia sudah dituntut untuk menyelamatkan kebangkrutan anak buah BUMN, Perusahaan Listrik Negeri dan Semen Gresik yang saat itu asetnya minus 1,9 triliun. Dengan membenahi beberapa sistem manajerial, akhirnya kedua perusahaan Negara itu bisa diselamatkan bahkan surplus...

Belajar dari NTB dan Zainul Majdi (2)

Gambar
Dari sanalah Zainul Majdi mulai tahu apa yang selama ini tidak membuat provinsi yang dipimpinnya maju. Ada krisis kepercayaan diri yang melanda masyarakat. Padahal sejatinya mereka semua memiliki potensi. Apalagi di sektor pariwisatanya yang masih bisa dieksplorasi. Gunung Rijani dan Pantai Gili Trawangan menjadi salah duanya. Dari pariwisatalah beliau akhirnya mulai menumbuh-kembangkan kepercayaan diri masyarakat NTB. Pemerintah daerah mulai menyosialisasikan program halal tourism NTB. Sesuatu yang sedang menjadi trending dalam dunia pariwisata masa kini. Halal tourism ini pada dasarnya berasal dari timur tengah. Suatu konsep pariwisata yang mengusung kehalalan sebagai benchmark-nya. Hotel-hotel di NTB mulai dibenahi untuk memenuhi standar halal tersebut. Makanan yang disajikan mulai disertifikasi. Alcohol mulai disingkirkan dari bisnis perhotelan NTB. Kamar hotel dilengkapi dengan kitab suci dan arah kiblat. Hal ini dilakukan demi memaksimalkan potensi wisatawan timur tengah...

Belajar dari NTB dan Zainul Majdi (1)

Gambar
Politik merupakan hal selalu punya warna untuk diulik. Semua orang semakin terbuka untuk memimpin di zaman demokrasi liberal ini. Seperti itulah yang diutarakan Tuang Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam lawatannya ke Universitas Darussalam Gontor beberapa pekan lalu. Pada kesempatan itu beliau memaparkan betapa pentingnya perpolitikan di Negara ditangani oleh umat muslim. Paradigma bahwa politik itu kotor, tak mutlak dibenarkan. Justru kebutaan yang palinPeg buta adalah buta tentang politik. Beberapa cendikiawan muslim di masa lalu bahkan terjun ke dunia politik. Sebut saja Al-Mawardi dan buku rumusan politiknya ‘Al-Adab wa-d-Dunyaa’. Dalam kesempatan itu beliau juga menceritakan liku panjang yang membawa NTB menjadi salah satu provinsi yang kini diperhitungkan di nusantara dengan halal tourism . Mengubah NTB menjadi seperti sekarang, ujar beliau, butuh usaha maksimal. Masyarakat NTB dulu sama sekali tidak memiliki rasa kepercayaan d...

Pengabdian, Refleksi dan Sebuah Panggilan Hati

Gambar
Ada banyak bentuk pengabdian orang untuk membalas budi terhadap apa maupun siapa yang sudah diminta budinya. Habibie contohnya, berikrar untuk mengabdi pada negeri dengan memajukan dunia kedirgantaraan tanah air. Padahal beliau sudah diiming-imingi berbagai kenikmatan dunia jika mau bersekutu dengan perusahaan kedirgantaraan Jerman saat itu. Belum dengan Indonesia yang saat itu sedang parah-parahnya dilanda krisis monenter. Jika dilihat dari perspektif orang awam, buat apa hidup susah di Indonesia sedangkan kita bisa hidup di luar negeri lebih sejahtera? Tapi tuan Habibie telah memilih jalan ini. Mengabdi pada negeri, memenuhi panggilan hati, dan memperbaiki carut-marut negeri saat menjadi presiden. Panggilan hati untuk mengabdi lahir dari kecintaan yang luar biasa pada sesuatu. Rasa cinta yang tumbuh karena besarnya pengorbanan yang diberikan, karena banyaknya liku kehidupan yang dilalui, serta perlunya balas budi. Mengabdi pada sesuatu bukan hanya perkara memberikan apa ...

Hanya Nostalgia

/1/ Ada memoar lama yang serta merta merembes ke dalam ingatan saat aku untuk kali sekian mengunjunginya. Lama tak jua dengan suasana lama membuat aku sedikit sungkan. Terlalu banyak hal baru yang harus aku akrabi dari awal lagi. Mau tak mau aku harus mampu beradaptasi dalam hitungan detik. Sebagai senior tentunya, aku harus bersikap ramah terhadap mereka bukan? Terlalu banyak sisa-sisa perjuangan yang aku tinggalkan. Serpihan-serpihan hidup yang sangat subtantif dan berguna untukku ke depannya. Kepingan yang merepresentasikan betapa beratnya perjuangan untuk menggerakkan roda kehidupan dari ruangan 3x3 meter ini. juga beratnya perjuangan untuk terus memutar perkara-pikiran anak-anak untuk terus berpikir kritis. Sok kritis minimalnya. Iya, aku bingung untuk menganggapnya sebagai apa lagi, tak salah bukan kalau aku memanggil mereka anak-anak? Berkongsi dengan dua karib serta dua tunas yang terkadang agak kurang ajar juga menyisakan cerita tersendiri. Bagaimana serunya berlomba ...

Tentang Tua Itu Pasti, Dewasa Itu Pilihan

Gambar
Bisakah kedewasaan seserorang diklaim oleh orang itu sendiri? Bolehkah seseorang berkoar bahwa saya sudah dewasa? Apakah anggapan dan klaim tersebut layak ditanggapi dan diapresiasi? Atau hanya pantas untuk ditertawakan? Seorang karib dalam diskusi (agak) filosofis di medsos pernah berujar bahwa kedewasaan seseorang berkaitan erat dengan pola pikir, sikap dan tingkah laku sehari-hari. Tapi banya pertanyaan masih bergasi di kepala saya, pola pikir, sikap dan tingkah laku seperti apakah yang dikatagorikan sebagai 'dewasa'? Dewasa sekarang ini hanya menjadi label dan cap-capan. Tanpa pemaknaan yang mendalam atas subtansinya. Beberapa orang berkoar bahwa dia talah mencapai kedewasaan ketika dia merokok. Beberapa yang lain merasa talah dewasa saat merasa menang dalam sebuah perkelahian. Itukah sejatinya yang diagung-agungkan sebagai kedewasaan? Atau malah jungkir baliknya. Saya mencoba mencerna lagi kalam karib saya yang ternyata ada sedikit benarnya tadi. Benar kata dia jik...

Meredifinisikan Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Gambar
\1\ Selalu diulang-ulang, bahkan ditekankan setiap pekan perkenalan menjelang. Kata-kata sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu sudah menjadi doktrin yang coba Gontor tularkan kepada santrinya. Enam tahun saya mendengar kata-kata tersebut. Sampai terkesan bosan, menelannya mentah-mentah, kadang sangsi. Hingga suatu ketika seseorang menyadarkan saya akan beratnya esensi yang dikandung kata-kata tersebut. Betapa salahnya kata-kata itu saya tafsirkan selama ini. Dan entahlah, apa semua santri sekarang masih menelan doktrin tersebut mentah-mentah? Menganggap bahwa keinsyafanmu merupakan terminologi yang sama dengan taubatmu? Tafsiran yang salah yang makin kaprah karena saya telan mentah-mentah. Karib saya itu memberi tahu bahwa keinsyfanmu punya subtansi makna yang sangat luas, yang lebih mendasar dari sekadar taubatmu. Dia beberkan dengan menggebu bahwa kata itu sejatinya punya arti kesadaran. Saya merenung sejenak mendengar penjelasannya itu. Benarkan keinsyafan ...